Minyak Menguat seiring Meningkatnya Ketegangan di Timur Tengah


Harga minyak terpuruk pada Senin (29/1) setelah serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan AS di Yordania menambah kekhawatiran atas gangguan pasokan di Timur Tengah ketika pemberontak Houthi meningkatkan serangannya terhadap kapal-kapal di Laut Merah, yang menghantam sebuah kapal tanker bahan bakar yang dioperasikan Trafigura.

Risiko konflik yang meluas muncul ketika ekspor produk olahan Rusia diperkirakan akan menurun, dengan beberapa kilang sedang dalam perbaikan menyusul serangan pesawat tak berawak.

Minyak mentah berjangka Brent naik 29 sen, atau 0,4%, menjadi $83,84 per barel pada pukul 02.30 GMT setelah mencapai level tertinggi sesi di $84,80. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 34 sen, atau 0,4%, menjadi $78,35 per barel setelah mencapai level tertinggi intraday sebesar $79,29 di awal sesi.

Serangan terhadap pasukan AS melalui serangan pesawat tak berawak di Yordania menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah yang kaya minyak.

Pada tanggal 1 Februari, para menteri terkemuka dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu secara online.

Namun, OPEC+ kemungkinan akan memutuskan tingkat produksi minyaknya untuk bulan April dan seterusnya dalam beberapa minggu mendatang, kata sumber OPEC+, karena pertemuan tersebut akan berlangsung terlalu dini untuk mengambil keputusan mengenai kebijakan produksi lebih lanjut.(yds)

Sumber: Reuters

Lebih baru Lebih lama